RENSINGBAT.DESA.ID_ Dr. K.H. TGH. Muhammad Zainul Majdi, M.A atau yang akrab disapa Tuan Guru Bajang, Beliau lahir di Pancor, Selong Kabupaten Lombok Timur Tanggal 31 Mei 1972, Beliau  adalah Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) 2 periode masa jabatan 2008-2013 dan 2013-2018.

Tuan Guru Bajang adalah panggilan masyarakat sasak terhadap ulama muda seperti Tuan Guru Zainul Majdi.

Dia adalah cucu dari ulama paling kharismatik di Nusa Tenggara Barat, khususnya di tanah Lombok.

Sang kakek Maulana Syekh Tuan Guru Haji M. Zainuddin Abdul Madjid adalah pendiri Nahdlatul Wathan (NW) ormas Islam terbesar di NTB.

Kapasitas keulamaan sang kakek bukan hanya kaliber daerah saja, melalui kitab-kitab karyanya, Tuan Guru Pancor juga menjadi ulama yang dihormati oleh ulama Mekkah.

Selain darah ulama, darah kepemimpinan juga menurun dari ayahnya yang adalah seorang birokrat Pemda NTB. Zainul Majdi adalah keturunan dari pasangan HM Djalaluddin SH dan Hj. Rauhun Zainuddin Abdul Madjid.

Sebagai keluarga ulama, pendidikan Zainul Majdi tidak lepas dari pendidikan agama yang menjadi prioritas utama. Selain belajar dari sang kakek dan ulama NW lain, Zainul kecil juga belajar formal di di SDN 3 Mataram.

Ia lalu melanjutkan pendidikannya di Madrasah Tsanawiyah Mu’allimin Nahdlatul Wathan Pancor dan Madrasah Aliyah di yayasan yang sama.

Lulus dari Madrasah Aliyah (Tingkat SMA) Zainul mulai menunjukkan kapasitas dan minatnya kepada ilmu Agama semakin dalam. Ia memilih untuk memperdalam Islam di tanah Mesir di Univeristas Al Azhar.

Hebatnya, sebelum memasuki perguruan tinggi, Zainul muda sudah menuntaskan hafalan 30 juz Alquran di Ma’had Darul Qur’an wal Hadits Nahdlatul Wathan Pancor selama setahun (1991-1992).

Kemudian pada tahun 1992, Zainul muda berangkat ke Mesir untuk memperdalam ilmunya di Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir dan Ilmu-Ilmu Al-Qur’an Universitas Al-Azhar Kairo.

Lulus setingkat S1 pada tahun 1996, Zainul memilih melanjutkan pendidikannya ke jenjang master. Lima tahun berikutnya, ia meraih Master of Art (M.A.) dengan predikat Jayyid Jiddan.

Tidak tanggung-tanggung dalam menimba ilmu, Tuan Guru Bajang terus meningkatkan keilmuannya dengan melanjutkan program S3 doktor di bidang yang sama.

Pada 8 Januari 2011, dalam sidang ujian oleh Dosen Penguji Prof. Dr. Abdul Hay Hussein Al-Farmawi dan Prof. Dr . Al-Muhammady Abdurrahman Abdullah Ats-Tsuluts, Tuan Guru Bajang lulus dengan predikat Martabah EL-Syaraf El Ula Ma`a Haqqutba atau Summa Cumlaude.

Ketua Nahdlatun Wathan
Kondisi memprihatinkan dialami oleh Nahdlatun Wathan dengan dualisme kepemimpinan semenjak tahun 1997. Perpecahan dalam kepengurusan pusat NW terjadi karena perbedaan pandangan tentang kepemimpinan wanita Hj Siti Raehanun Zainuddin Abul Majid sebagai pemimpin ormas Islam.

Dalam Muktamar X Praya Lombok Tengah yang memilih Hj Siti Raehanun Zainuddin Abul Majid, sebagian peserta menolak kepemimpinan beliau dan memilih walk out. Selanjutnya kubu yang menolak mendirikan kepengurusan sendiri yang dikenal dengan PBNW Pancor.

Dari kepengurusan PBNW Pancor inilah Tuan Guru Zainul terpilih sebagai ketua umum pada tahun 2007, mengingat kapasitas ilmunya yang mendalam dalam agama Islam.

Dalam kepemimpinn Tuan Guru Bajang, sudah beberapa kali dia mengupayakan ishlah dengan PBNW Anjani pimpinan bibinya. Tahun 2010 keduanya sempat bersatu dalam kontestasi Pilkada, namun dalam kepengurusan sampai sekarang belum ada titik temu.

Dunia Politik
Tidak terpikirkan bagi seorang ulama seperti Tuan Guru Bajang menjalani karir politik. Semuanya berawal karena hubungan akrab dengan tokoh reformis Yusril Ihza Mahendra yang mengajaknya maju sebagai anggota DPR-RI dari Partai Bulan Bintang.

Tuan Guru pun terpilih sebagai anggota legislatif periode 2004-2009. Belum genap dalam masa jabatannya, tantangan untuk memimpin lebih tinggi menghampirinya.

Banyak calon yang ingin meminangnnya sebagai calon wakil gubernur, Yusril Ihza Mahendra justru meyakinkan beliau untuk maju sebagai calon gubernur NTB. Diusung PBB dan PKS Tuan Guru Bajang sukses terpilih menjadi gubernur NTB periode 2008-2013.

Pilihannya masuk ke dalam politik bukan tanpa alasan. Menurutnya dalam pengalamannya selama berdakwah, banyak sisi dakwah yang tidak bisa disentuh dengan kultural saja, tapi harus secara sistem melalui struktur politik.

Tuan Guru yang sangat concern dengan pendidikan, juga bercita-cita untuk memajukan pendidikan di NTB dan juga menggratiskan pendidikan di sana.

Terpilih Kembali
Kini Tuan Guru Zainul Majdi terpilih kembali sebagai gubernur NTB pada periode 2013-2018.

Tuan Guru adalah gubernur termuda dengan usianya yang menginjak 36 tahun pada saat dilantik sebagai gubernur NTB. Walaupun muda usianya, namun sejumlah prestasi kepemimpinan sudah banyak tampak di permukaan.

Tahun 2009 beliau menerima Lencana Ksatria Bhakti Husada Arutala yang merupakan penghargaan atas jasa-jasanya dalam pembangunan Bidang Kesehatan.

Tahun 2010, Gubernur M. Zainul Majdi menerima penghargaan The Best Province Tourism Develovment dengan dikukuhnya NTB sebagai Provinsi Pengembang Pariwisata Terbaik versi ITA di Metro TV. Pariwisata NTB memang meningkat derastis dalam kepemimpinan Zainul Majdi.

Berkat kemajuan insdustri di NTB, Tuan Guru Bajang mendapat penghargaan kategori The Best Dedicated Governor in Developing of MICE Industry.

Lalu terakhir, bersama gubernur Bali, Tuan Guru Bajang mendapat penghargaan Bintang Maha Putra Utama dari Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudoyono karena telah berjasa banyak pada negara.

Kiprah Sebagai Ulama
Sebagai pemimpin yang berlatarbelakang ulama, visi keislaman tidak pernah tertinggal dalam setiap kebijakannya. Dimulai dari dirubahnya slogan NTB dari “Bumi Gora” menjadi “Bumi Qur’an”.

Gubernur hafidz ini juga aktif dalam menggiatkan untuk membumikan Qur’an pada anak-anak melalui pendidikan. Dua anak penghapal Qur’an dari Gaza Palestina sempat berkunjung kekediaman Tuan Guru untuk saling berbagi.

Tuan Guru juga aktif dalam dunia keislaman dengan menghadiri Konferensi Dunia Islam Internasional di Arab Saudi yang diselenggarakan oleh World Moslem League. Beliau juga menghadiri Konferensi Ulama Internasional yang diadakan di Situbondo Jawa Timur.

sumber: satujam.com