RENSINGBAT.DESA.ID_Salah satu keluarga di Desa Rensing Bat Kecamatan Sakra Barat Kabupaten Lombok Timur yang masih mempertahankan kebudayaan adat mereka sampai sekarang ini, Kebudayaan adat tersebut adalah “Peririk Bubus” (peririk senjata pusaka peninggalan nenek moyang) yang di laksanakan sekali dalam setahun tepatnya di bulan Rabiul Awwal tahun Hijriah. Ritual Peririk Bubus sudah ada sejak zaman dahulu dan sudah dilaksanakan secara turun temurun oleh nenek moyang. Ritual Peririk bubus ini biasanya dilakukan pada malam Juma`at dengan berbagai persyaratan yang sudah di siapkan sebelumnya.

Peririk dalam bahasa Indonesia berarti Mengemas, sedangkan Bubus secara umum seperti pada ritual adat di lain-lain desa di Lombok berarti ramuan yang terbuat dari beras yang di campurkan dengan berbagai jenis tumbuhan berbentuk bulat yang bisa menyembuhkan segala jenis penyakit yang di campurkan dengan air putih untuk di minum.

Menurut adat di Desa Rensing Bat, Tradisi Peririk Bubus adalah Ritual tahunan yang dilaksanakan oleh salah satu keluarga di Desa Rensing Bat yang memiliki keturunan menyimpan barang atau senjata yang memiliki kekuatan mistis yang sangat terpengaruh yang sudah berisi dengan mahluk gaib yang menurut kepercayaan mereka apabila di remehkan untuk tidak di Peririk (kemas) dengan baik di percaya bisa merusak tatanan kehidupan kekeluargaan dan masyarakat yang ada di desa Rensing Bat bahkan kononnya bisa menghancurka isi desa jika tidak segera di kemas.

Dalam pelaksanaan ritual peririk bubus yang dilaksnakan tersebut di perlukan banyak sekali syarat dan ketentuannya, terutama syarat berupa hewan atau binatang yang sudah di masak dengan cara di panggang seperti, Ayam hitam mulus, ayam putih mulus, Ikan, Belut, beras putih bersih, air kelapa muda, bunga-bungaan, minyak wangi, tumbuh-tumbuhan dan berbagai macam jenis se-sejaian yang di hidangkan di atas dulang yang selanjutnya senjata/bubus yang sudah di peririk akan di bawa oleh keluarga pelaksana ritual mengelilingi desa setelah melalui proses pembacaan mantera dengan tujuan agar semua isi desa terselamat dari mara bahaya.

Senjata peninggalan orang tua zaman dulu yang di kenal dengan nama bubus yang di miliki oleh salah satu keluarga tersebut sebenarnya memiliki keistimewaan tersendiri di kalangan keluarga pemilik bubus dan juga warga masyarakat desa Rensing Bat, terutama dalam hal pengobatan, Bila ada masyarakat desa Rensing Bat yang sakit atapun terkena dengan penyakit aneh buatan manusia dan di obati dengan air syarat yang di ambil dari senjata/bubus tersebut akan sembuh hanya dengan meminum dan mempercikkan air ke muka penderitanya. Senjata bubus ini juga kononnya di percaya mampu menjaga isi desa dari gangguan-gangguan orang luar yang ingin berbuat kerusakan di dalam desa.

Pelaksanaan ritual peririk bubus sendiri dilakukan oleh keluarga pemilik sekaligus penjaga bubus tersebut, tidak bisa dilakukan oleh orang luar hanya mereka/keluarga yang peduli akan keberadaan manfaat barang bubus inilah yang bisa melakukan ritual peririk/kemas di setiap tahunnya, Seperti yang dilakukan oleh keluarga besar Muhammad Kabir dan Hidir Mahmud asal Dusun Rensing Bat desa Rensing Bat pada malam Jum`at tanggal 6 Desember 2018, terlihat semua keluarga mulai dari pemudanya hingga orang tua sejak pagi menyiapkan segala sesuatunya mulai dari bahan-bahan yang akan di gunakan pada acara ritual tersebut.

Dalam pelaksanaan ritual Peririk Bubus tersebut juga di adakan acara dzikir dan doa keselamatan yang di hadiri oleh sebagian masyarakat desa Rensing Bat terutama pihak kelurga besar pemilik bubus. Hidangan sesajian yang sudah di siapkan pihak keluarga untuk ritual peririk bubus akan di makan bersama-sama sebagai tanda penghormatan dan juga kesyukuran atas nikmat umur, keselamatan dan rizki yang telah di berikan Alloh SWT kepada kelurga dan masyarakat rensing bat.

Upacara tradisional atau ritual biasanya memiliki tujuan tertentu dalam pelaksanaannya, sesuai dengan kepercayaan masyarakat yang melaksanakan upacara tersebut. Hal ini yang menyebabkan perbedaan dalam setiap kebudayaan. Setiap kelompok masyarakat mempunyai tujuan masing-masing dalam melakukan upacara tradisional atau ritual.

Setiap kebudayaan memiliki unsur-unsur khas atau tema yang khusus yang mengandung nilai-nilai filosofi dari budaya tersebut, sekaligus merupakan corak khusus yang membedakan budaya yang satu dengan budaya yang lain. Selain unsur-unsur kebudayaan yang bersifat universal, yaitu unsur kebudayaan yang pasti bisa di temukan di semua kebudayaan. Corak dan tema kebudayaan yang di miliki oleh masing masing daerah  mempunyai arti yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat tradisional di setiap daerah yang tentunya mempunyai arti yang sangat penting bagi masyarakat pendukungnya. (a_m)