Kmi_Nabbany_Timuk Rurung- Setelah melaksanakan tahlilan selama sembilan hari untuk orang yang meninggal, bagi masyarakat Sasak Lombok NTB kemudian menyiapkan satu acara yang disebut “Begawe Nyiwak”. Begawe ini merupakan tradisi suku sasak yang sudah terjalin secara turun temurun yang masih dijaga atau lestarikan sampai saat ini, meskipun di setiap desa berbeda-beda cara melakukan prosesi Begawe ini.
Begawe merupakan sebuah pesta untuk merayakan sesuatu seperti pernikahan (bekawin), khitanan (nyunatan), ngurisan/aqiqah, selamatan (roah) dan peringatan 9 hari meninggalnya masyarakat Lombok (nyiwak)
Asal usul munculnya tradisi begawe adalah terdapat suatu kegiatan tempat berkumpulnya para pemuda pemudi pada zaman dulu yang ada di suku sasak. Pada zaman dulu setiap akan melaksanakan tradisi begawe di salah satu kampung atau dusun, maka yang punya gawe atau disebut empunya menjalankan undangan (pesila’an) kepada seluruh keluarga, kerabat, saudara, sahabat serta warga-warga yang ada dikampungnya. Adapun tradisi begawe dalam bahasa Indonesia dikenal dengan pesta artinya ialah sebuah tradisi turun menurun masyarakat suku sasak untuk semua keluarga, sanak saudara, kerabat untuk makan di rumah yang punya hajatan.
Dalam pelaksanaan Begawe, semangat gotong royong sangat menonjol. Masyarakat ataupun keluarga sangat antusias, saling membantu untuk menyiapkan sajian atau segala sesuatu yang dibutuhkan dalam Begawe ini. Semangat gotong royong inilah yang menjadi nilai perekat pada acara Begawe sehingga dapat bertahan lama.
Dalam menyiapkan begawe Nyiwak atau 9 hari wafatnya seseorang yang meninggal di Desa Rensing Bat, tiga atau empat hari sebelumnya sudah mulai menyiapkan hal-hal kebutuhan yang berkaitan dengan begawe nyiwak ini seperti mengadakan musyawarah keluarga mengenai waktu dan teknis pelaksanaan hari H nya sekaligus ini sebagai pemberitahuan kepada keluarga (pembadaq), kemudian ibu-ibu membeli ragi (rempah-rempah) dan memotong atau menggilingnya, sehari sebelum hari H pagi harinya yang laki-laki bergotong royong pergi ke sawah atau kebun milik kelurga atau kerabat mencari dan menebang pohon pisang muda, pada sore harinya sapi/kambing disembelih (jika ada) kalau tak menyebelih sapi sendiri maka akan membeli daging yang sudah dipotong di jagal.
Pada malam hari H begawe nyiwak, karena kebiasaan di masyarakat Desa Rensing Bat acara puncak zikir/doa dilaksanakan pagi hari pukul 06.30 wita khusus bagi tamu dari masyarakat dalam desa dan tamu undangan luar desa biasa mulai pukul 09.00-selesai atau juga kadang-kadang dilakukan acara zikiran nyiwak pada sore setelah asar atau malam setelah magrib dan tamu undangan dari luar desa hadir pada sore hari mulai pukul 15.00 wita sampai selesai, maka keluarga, tetangga dan kerabat membantu (betulung) untuk memotong atau gecok daging sapi/kambing, batang pisang muda sebagai sayur ares (gecok ares), mengupas kelapa tua (lokeq nyiur), nangka (lokeq nangke), memasak (meriap) nasi, daging dan sayur-sayuran lainnya, menggiling kelapa dan memerasnya menjadi santan (ngames), menyiapkan panci, kompor, menyiapkan terop, kursi lokasi acara, meja dan perlengkapan prasamanan dan lain sebagainya.
Adapun teknis mengundang masyarakat atau tamu yang menghadiri zikiran pada begawe nyiwak sekarang ini sudah tidak dilakukan dengan menyilak (mengundang seseorang secara lisan dan langsung berhadapan) namun dilakukan dengan mengirim surat undangan ke tiap rumah yang diundang, pergesaran cara mengundang akhir-akhir ini dari cara menyilak langsung berganti dengan mengundang lewat surat tertulis disebabkan karena faktor kesibukan masyarakat yang terkadang tak bisa dijumpai sekali saat dicari dan dengan jumlah undangan masyarakat yang banyak. Sehingga dengan menggunakan surat dinilai efektif dan lebih mudah karena yang mengantar undangan cukup dilakukan oleh anak-anak muda atau para pelajar yang tahu rumah alamat surat.
Selain itu juga yang paling khas tidak boleh dilupakan dari budaya begawe adalah betangko dimana ibu-ibu khususnya yang berada didalam gubuk (desa) pada sore atau malam hari sebelum haru H begawe nyiwak ini biasanya membawa baskom yang berisi gula, beras, mihun, kelapa untuk diberikan kepada yang punya hajatan atau epe gawe dan pada baskomnya ditulis nama yang punya dan baskom nya ditinggalkan di rumah epen gawe.
Esok harinya pada saat hari H begawe nyiwak baru kemudian baskom yang tadinya di bawa oleh ibu-ibu yang berisi beras gula, mihun, dan lain-lain akan antarkkan oleh keluarga dibantu tatangga dan kerabat menuju ke rumah yang punya baskom namun tidak lagi isinya beras melainkan diganti dengan nasi, sayur daging yang sudah matang (kandoq jangan), kandok ares, pisang dan snack.
Adapun dalam begawe nyiwak ini terdapat nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya yaitu pertama; menumbuhkan kebersamaan dan bergotong royong yang dimulai dari persiapan-persiapan begawe seperti membuat jajanan lauk pauk untuk suguhkan dan diberikan kepada para undangan hingga acara selesai beroas (cuci piring,panci,dll), atau perebak jangkih serta mengembalikan perlengkapan begawe kepada pemiliknya (jika dipinjam). Kedua; meningkatkan tali silaturrahmi dari tamu yang diundang baik yang dekat maupun yang tinggal di tempat jauh di dalam acara begawe dapat bertemu dan akan terjalin kembali tali silaturrahmi yang baik. Ketiga; meningkatkan kepedulian sosial diantara sesama sehingga tercipta semangat kekeluargaan, keramah tamahan dan kekuatan sosial dalam bermasyarakat.
Masalah tolong menolong atau membantu orang satu sama lain sangat diperhatikan dalam Islam. Allah Ta’ala yang paling tahu kemaslahatan hamba-hambaNya. Allah swt berfirman dalam surat Al Ma’idah ayat 2 yang artinya “….Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. [QS Al Ma’idah:2]
Begitu juga anjuran saling tolong menolong datang dari nabi kita, Rasulullah bersabda: “Allah senantiasa menolong seorang hamba selama hamba tersebut menolong saudaranya.” (HR. Muslim).
Semoga tradisi baik (sunnatan hasanah) ini terus terawat dan terwariskan pada generasi selanjutnya. Aamiin